Pelapisan masyarakat Bugis Makassar, dituliskan oleh Friedericy dalam disertasinya (1933), yang berusaha menggambarkan pelapisan masyarakat Sulawesi Selatan sebelum daerah itu dikuasai lansung oleh Pemerintah Hindia-Belanda, dengan mempergunakan banyak bahan-bahan mitologis.
Berikut aan dijelaskan bagaimana pelapisan Bugis-Makassar, khususnya masyarakat Gowa,Bugis dan Wajo pada zaman dahulu yang dianggap terhisap dalam periode Lontara, karena dianggap bahwa pelapisan itu mewarnai stuktur politik kerajaan-kerajaan bugis dalam periode Lontara (abad 14-19)
1. Lapisan Masyarakat Gowa (Makassar)Ana’ Karaeng Ri Gowa (Anak Raja-Raja di gowa)
- Ana’ Ti’no (Anak bangsawan penuh) :
- Ana’ Pattola (Anak/putera Mahkota)
- Ana’ Mangrapi (Anak/putra lainnya yang sederajat)
- Ana’ Sipue (Anak Bangsawan Separuh)
- Ana’ Cera’ (Anak Bangsawan Darah Campuran)
- Ana’ Karaeng Salah (Anak Bangsawan Salah/keliru)
- Ana’ Karaeng Maraengannaya ( Bangsawan atau anak Raja-raja yang tidak termasukdalam Golongan)
- Maradeka (Orang Merdeka)
- Tu-Baji’ (orang Baik-baik)
- Tu-Samara’ (Orang kebanyakan)
- ATA (sahaya)
- Ata-sossorang (Sahaya Warisan)
- Ata-nibuang (Sahaya baru)
2. Pelapisan Masyarakat orang Bone (bugis) :
- Anakarung To-Bone (Bangsawan Orang Bone)
- Anakarung Matase’ (Ana’ bangsawan penuh)
- Ana’arung Mattola (putera/puteri mahkota)
- Anakarung Matase (putera/puteri raja-raja)
- Anakarung (Bangsawan)
- Anakarung ri bolang (bangsawan warga istana)
- Anakarung si-pue (bangsawan separuh)
- Ana’cera’ (Bangsawan berdarah campuran)
- To-Maradeka (orang merdeka)
- To deceng (Kepala-kepala Kaum/Anang)
- To-Sama’ (Rakyat Kebanyakan)
- Ata (Sahaya)
- Ata-mana’ (Sahaya Warisan)
- Ata Mabuang (Sahaya Baru)