perahu layar tradisional khas Mandar (Sandeq) -->

perahu layar tradisional khas Mandar (Sandeq)

Sandeq adalah perahu layar tradisional khas Mandar. Sekilas, sandeq terkesan rapuh, tetapi di balik itu ternyata tersimpan kelincahan.Panjang lambungnya 7-11 meter dengan lebar 60-80 sentimeter.Di kiri-kanannya dipasang cadik dari bambu sebagai penyeimbang.Sandeq mengandalkan dorongan angin yang ditangkap layar berbentuk segitiga.Layar itu mampu mendorong sandeq hingga kecepatan 20 knot.

Kecepatan maksimum melebihi laju perahu motor seperti katinting, kappal, dan bodi-bodi. "Kalau diibaratkan orang, sandeq berlari dan perahu lainnya berjalan," ujar Muhammad Ridwan Alimuddin, peneliti sandeq berdarah Mandar.Horst H Liebner, peneliti sandeq asal Jerman, menilai, tidak ada perahu tradisional yang sekuat dan secepat sandeq yang menjadi perahu tradisional tercepat di Austronesia.Meski kelihatan rapuh, sandeq tangguh mengarungi laut lepas Selat Makassar antara Sulawesi dan Kalimantan.

Saat libur melaut karena kendala cuaca, nelayan Mandar biasa mengisi waktu dengan menggelar lomba sandeq. Dulu, lomba hanya mengadu kemampuan manuver. Setiap sandeq harus memutari area yang dibatasi tiga titik.Lomba ini membutuhkan kejelian membaca angin dan menentukan teknik manuver.Di sini nelayan diuji kepiawaian sebagai passandeq.Lomba sandeq masih bisa disaksikan hingga saat ini dalam Sandeq Race, seperti digelar pertengahan Agustus lalu dengan mengambil rute Mamuju di Sulawesi Barat ke Makassar di Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 300 mil laut.

Ribuan orang tumpah ke pantai untuk menyaksikan sandeq dari desanya bertanding dalam pesta tahunan nelayan Mandar yang kini sudah menjadi agenda tahunan itu. Lomba sandeq profesional dirancang oleh Horst pada tahun 1995. Sandeq Race merupakan usaha untuk melestarikan dan meneruskan budaya bahari Mandar yang terancam punah.Sandeq mengajarkan nelayan muda untuk membaca arus, membaca angin, serta ritual yang ada di dalamnya.

Lomba ini gratis bagi nelayan Mandar, dan disediakan hadiah mencapai Rp 20 juta untuk juara umum.Semua peserta yang mencapai titik akhir juga memperoleh hadiah uang.Selama 10 hari mengikuti lomba, passandeq ditanggung biaya makannya, dan diberi uang untuk keluarga yang ditinggal.

Firdausy, passandeq dari Desa Pambusuang, Polewali Mandar, mengatakan, lomba sandeq mengandung unsur kebanggaan yang sangat tinggi. Pemenang lomba akan terangkat status sosialnya, dan menjadi buah bibir di masyarakat.

Kebanggaan sebagai passandeq itulah yang mendorong Firdausy merogoh Rp 30 juta untuk membuat sandeq yang khusus digunakan untuk lomba.Di luar lomba, sandeqnya hanya disimpan di kolong rumah panggungnya.

TerPopuler