Peperangan Yang Terjadi Di Masa kepemimpinan khalifah Ali -->

Peperangan Yang Terjadi Di Masa kepemimpinan khalifah Ali

Peperangan Yang Terjadi Di Masa Ali


Perang Jamal / Perang Unta

Selama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah menduduki Khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Utsman. Ali yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara. Dan mememakai kembali sistem distrtibusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam. Sebagaimana pernah diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khatthab. Menyikapi berbagai kebijakan dan masalah-masalah yang dihadapi Ali, kemudian pemerintahannya digoncangkan oleh pemberontakan-pemberontakan. Diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang merupakan keluarga Utsman sendiri dengan alasan:
  • Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Khalifah Ustman
  • Wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-daerah baru.
Oleh karena itu hak untuk menentukan pengisian jabatan tidak lagi merupakan hak pemimpin yang berada di Madinah saja. Namun, karena situasi politik yang gawat pada waktu itu sehingga permintaan mereka merupakan tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi dalam waktu dekat. Suasana politik pada saat itu memanas dikarenakan adanya rongrongan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang tidak menyetujui dan tidak mengakui Ali menjabat sebagai khalifah keempat. Melihat keadaan sedemikian rumit, maka hal pertama yang memerlukan penanganan serius yang dilakukan Ali adalah memulihkan, mengatur, dan menguatkan kembali posisinya sebagai khalifah dan berusaha mengatasi segala kekacauan yang terjadi. 

Setelah itu baru melakukan pengusutan atas pembunuhan Utsman. Namun, sejak tahun 35 H/656 M, tahun pengangkatan Ali sebagai khalifah sampai tahun 36 H/657 M, Ali tidak juga memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariat Islam terhadap para pembunuh Utsman. Sehingga Aisyah bergabung dengan Thalhah dan Zubair menggerakkan kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian Utsman. Setelah dirasa mempunyai kekuatan yang besar, Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerang pasukan Ali di Kufah, yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi tantangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Syiria. 

Ali sebenarnya ingin menghindari peperangan. Beliau mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar mereka mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak. Akhirnya pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal dengan “Perang Jamal”. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah, dan Zubair. Pertempuran inilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Dan yang memperoleh kemenangan pada perang jamal adalah pasukan Ali, karena pasukan Ali lebih berpengalaman dibanding pasukan Aisyah. Walaupun pasukan Aisyah mengalami kekalahan, Aisyah tetap dihormati oleh Ali dan pengikutnya sebagai Ummul Mu’minin.

Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Ali mendirikan perkemahan khusus untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkan pulang kembali ke Madinah yang dikawal oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar. Demikianlah sejarah terjadinya perang jamal yang merupakan perang pertama antara sesama umat Islam dalam sejarah Islam.

Perang Shiffin

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan Ali mengakibatkan perlawanan dariGubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggiyang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Selain itu, Mu’awiyah, GubernurDamaskus dan keluarga dekat Utsman, seperti halnya Aisyah, mereka menuntut agar Alimengadili pembunuh Utsman. Bahkan mereka menuduh Ali turut campur dalampembunuhan Utsman. Selain itu mereka tidak mengakui kekhalifahan Ali.Hal ini bisa dilihat dari situasi kota Damaskus pada saat itu. Mereka menggantungjubah Utsman yang berlumuran darah bersama potongan jari janda almarhum dimimbarmasjid. Sehingga hal itu menjadi tontonan bagi rombongan yang berkunjung. Denganadanya peristiwa tersebut, pihak umum berpendapat bahwa Ali yang bertanggungjawab atas pembunuhan Utsman.Pada akhir Dzulhijjah 36 H/657 M, khalifah Ali dengan pasukan gabungan menuju keSyiria utara. 

Dalam perjalanannya mereka menyusuri arus sungai Euprate, namun arussungai tersebut telah dikuasai oleh pihak Mu’awiyah dan pihak Mu’awiyah tidakmengijinkan pihak Ali memakai air sungai tersebut. Awalnya Ali mengirim utusanpada Mu’awiyah agar arus sungai bisa digunakan oleh kedua pihak, namun Mu’awiyahmenolak. Akhirnya Ali mengirim tentaranya dibawah pimpinan panglima Asytar al-Nahki dan dia berhasil merebut arus sungai tersebut. Meskipun sungai tersebut dikuasaipihak Ali, mereka ini tetap mengijinkan tentara Mu’awiyah memenuhi kebutuhan airnya.

Setelah sengketa tersebut selesai maka pihak Ali mendirikan garis pertahanandidataran Shiffin, dan Ali masih berharap dapat mencapai penyelesaian dengan caradamai. Ali mengirim utusan dibawah pimpinan panglima Basyir bin Amru untukmelangsungkan perundingan dengan pihak Mu’awiyah. Pada bulan Muharram 37 H/658 Mmereka mencapai persetujuan yakni menghentikan perundingan untuk sementara danmasing-masing pihak akan memberi jawaban pada akhir bulan Muharram.

Sebenarnya hal ini sangat merugikan Ali karena akan mengurangi semangattempur tentaranya dan pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagaikhalifah, Ali terikat oleh ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat an-nisa’ ayat59. Dengan mengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat dipahami mengapakhalifah Ali menempuh jalan damai dahulu.Jawaban terakhir dari pihak Mu’awiyah menolak untuk mengangkat bai’at Ali dansebaliknya menuntut Ali mengangkat bai’at terhadap dirinya. Maka bulan Saffar 37H/685M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari pihak Ali dan 85.000 orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir (orang pertama yang masuk Islamdi kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat dikultuskan ini membangkitklansemangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan Ali, sehingga banyak korbanpada pihak Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki berhasil menebas pemegang panji-panjiperang pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila panji perang jatuh pada pihak lawanmaka akan melumpuhkan semangat tempur. Pada saat terdesak itulah pihak Mu’awiyah,Amru bin Ash memerintahkan mengangkat al-mushaf pada ujung tombak dan berserumarilah kita bertahkim kepada kitabullah. Namun pada saat itu Alimemerintahkan untuk tetap berperang karena beliau tahu itu hanya tipu muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan berkata jikalau mereka telahmeminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak menerimanya, bahkandiantara panglima pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi mengancam: “Hai Ali, mariberserah kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami akan berbuat terhadap andaseperti apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali terpaksa tunduk karena beliau menghadapi orang-orang sendiri.Sejarah mencatat korban yang tewas dalam perang ini 35.000 orang dari pihak Ali dan45.000 orang dari pihak Mu’awiyah.Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal itu tidak dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi tigagolongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikutMu’awiyah dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali). Akibatnya, diujungmasa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik.

Perang Nahrawan

Setelah terjadi tahkimsebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Ali yangmenerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya dikenaldengan nama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:
  • Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur karenatelah mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang Shiffin, maka mereka wajib dibasmi.
  • Ali dan pihak-pihak yang mendukung terbentuknya majlis tahkim adalah raguterhadap kebenaran yang telah diperjuangkan , padahal banyak korban yang jatuhuntuk membelanya. Untuk itu Ali telah melakukan dosa besar.
  • Dan yang membenarkan pembentukan majlis tahkim adalah mengembangkan bid’ahdan membasmi kaum bid’ah adalah kewajiban setiap Muslim.
  • Pemuka kelompok ini adalah Abdullah bin Wahhab al Rasibi. SebenarnyaAlitidak ingin memerangi kelompok Khawarij tapi karena kelompok ini keterlaluan dalambersikap diantaranya membunuh keluarga shahabat Abdullah bin Wahhab dengansadis sekali hanya karena menolak untuk menyatakan keempat khalifah sepeningggalNabi adalah kufur, selain itu mereka juga membunuh utusan yang diutus oleh Ali.
  • Ali menggerakkan pasukannya dan kedua pasukan bertemu pada suatutempat bernama Nahrawan, terletak dipinggir sungai tigris (al dajlah).
Sebelum perang diumumkan, Ali masih punya harapan untuk menyadarkankaum Khawarij. Dan Ali memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: “Barang siapapulang kembali ke Kufah, akan memperoleh jaminan keamanan.”Sejarah mencatat setelahitu 500 orang diantara mereka ber-iktijalsebagian pulang ke Kufah dan sebagian lagipindah ke pihak Ali sehingga kelompok Khawarij tinggal 1.800 orang.Dengan begitu pecahlah perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karenakeberanian kelompok Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenanganberada dipihak Ali dan tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al Tamimi, Abdullah bin Wahhabtewas dalam peperangan ini.

Golongan Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib) yangbermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga memberikan kesempatanpada pihak Mu’awayah untuk memperkuat dan memperluas kekuasannya sampai mampumerebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada pihak Ali. Tentara Ali semakin lemah,sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, keberhasilan Mu’awiyah mengambilposisi Mesir berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.

TerPopuler