Motivasi Beragama Pada usia Remaja -->

Motivasi Beragama Pada usia Remaja

Motivasi Beragama Pada Remaja


Masa remaja pertama (13 – 16)

Setelah si anak melalui (umur 12 tahun), berpindah ia dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang, tidak banyak debat dan soal, mereka memasuki masa goncang, karena pertumbuhan cepat di segala bidang terjadi. Pertumbuhan jasmani yang pada umur sekolah tampak serasi, seimbang dan tidak terlalu cepat, berubah menjadi goncang, tidak seimbang dan berjalan sangat cepat, yang menyebabkan si anak mengalami kesukaran. Pertumbuhan yang paling menonjol terjadi pada umur-umur ini, adalah pertumbuhan jasmani cepat, seolah-olah ia bertambah tinggi dengan kecepatan yang jauh lebih terasa dari pada masa-masa kanak-kanak dulu. Tubuhnya bertambah cepat, akan tetapi tidak serentak seluruhnya, maka terjadilah ketidak seimbangan gerak dan tubuhnya tampak kurang serasi, misalnya ia tampak tinggi kurus dengan kaki, tangan dan hidung lebih besar dari pada bagian tubuh lainnya. Kelenjar-kelenjar yang mengalir dalam tubuhnya berubah, di mana kelenjar anak-kanak (thymus dan pineal) berhenti mengalir dan berganti dengan kelenjar seks (gonad), yang mempunyai fungsi memproduksi hormone-hormone, sehingga bertumbuhlah tanda-tanda seks sekunder pada anak, seperti perubahan suara, tumbuhnya rambut-rambut pada pangkal pipi, kumis dan sebagainya pada anak-anak laki-laki dan membesarnya panggul, payudara dan kelenjar air susu pada anak-anak perempuan. Selanjutnya mengakibatkan pengalaman mimpi pada laki-laki dan mulai dating bulan (haid) bagi wanita.

Semua perubahan jasmani cepat itu, menumbulkan kecemasan pada remaja, sehingga mengebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekuatiran. Bahkan kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka kepercayaan remaja kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Perasaan kepada Tuhan tergantung kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya. Kadang-kadang ia merasa sangat membutuhkan Tuhan, terutama ketika mereka menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa dosa. Tapi kadang-kadang ia kurang membutuhkan Tuhan, ketika mereka sedang senang, riang dan gembira.

Sifat-sifat Tuhan yang dulu telah dipercayai anak, misalnya Maha Pengasih-Penyayang, Pengampun, Adil dan Bijaksana ditonjolkan kembali dengan dikaitkan kepada perasaan dan pengalaman anak itu. Guru agama jangan terlalu mencela kelakuan anak yang tampak agak agresif atau berlebih-lebihan dalam berbagai tindakan, ucapan atau sikap, akan tetapi usahakanlah memahaminya, kalau perlu berbicara secara individual, sehingga ia dapat menumpahkan perasaan hatinya yang goncang dan tidak stabil itu. Janganlah guru agama, dengan cepat menghukum atau menilai anak dengan dosa-pahala, atau sorga-neraka, karena hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan agama yang disampaikan tanpa mengindahkan perkembangan jiwa, yang dilalui oleh remaja, akan menyebabkan merasa tidak mampu mengikutinya atau merasa kurang memahami apa yang sedang dilaluinya, sehingga kecenderungan untuk mengikuti ketentuan agama akan berkurang, karena ia berhubungan dengan perasaan yang sedang goncang.

Masa remaja terakhir (17 – 21)

Sebenarnya batas yang tegas antara tahap-tahap perkembangan anak dan remaja itu tidak terlalu tajam. Masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Yang berarti bahwa tubuh dengan seluruh anggotanya telah dapat berfungsi dengan baik, kecerdasan telah dapat dianggap selesai pertubhannya, tinggal perkembangan dan penggunaannya saja lagi yang perlu diperhatikan.

Akibat pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta kecerdasan yang telah mendekati sempurnah, atau yang dalam istlah agama mungkin dapat dikatakan telah mencapai tingkat baligh-berakal, maka remaja itu merasa bahwa dirinya telah dewasa dan dapat berpikir logis. Mereka mengharap atau menginginkan perhatian dan tanggapan orang lain, baik dari orang tua, guru, maupun masyarakat ramai agar mereka dihargai dan diperlakkan seperti orang dewasa. Perhatian mereka terhadap masyarakat sangat besar, bahkan mereka kadang-kadang mau berkorban untuk masyarakat.

Disamping itu, yang juga menggelisahkan remaja, adalah tampaknya perbedaan antara nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama dengan kelakuan orang dalam masyarakat. Terutama yang sangat menggelisahkan remaja, apabila pertentangan itu terlihat pada orang tua, guru-gurunya di sekolah, pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh agama. Semakin besar perbedaan antara nilai-nilai agama dan kelakua prang-orang yang dihargai dan dihormatinya, akan semakin goncang jiwa remaja, sasaran utama dari kekecewaannya akan ditunjukkan kepada tokoh-tokoh agama, karena mereka mengharapkan tokoh agamalah yang harus menjaga dan memperbaiki akhlak masyarakat.

Perlu pula diingat bahwa perhatian remaja terhadap masyarakat besar, nasib rakyat banyak menjadi pikiran mereka, hari depan bangsa menjadi masalah dalam dirinya. Dan tidak kurang pentingnya kedudukan mereka dalam masyarakat itu. Mereka ingin mendapat tempat dalam masyarakat, ingin menonjol, ingin diikut-sertakan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Oleh karena itu guru-guru agama, hendaknya dapat pula memberi jalan bagi mereka untuk dapat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, terutama yang berhubungan dengan agama.

TerPopuler