Biografi / riwayat Nabi Muhammad Saw. -->

Biografi / riwayat Nabi Muhammad Saw.

Riwayat Nabi Muhammad Saw



Nabi Muhammad saw adalah keturunan bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. . Beliau dilahirkan di Makkah pada hari Senin tanggal 22 April 571 M. dari rahim seorang wanita yang terhormat, Aminah bint Wahb. Ayahnya adalah Abdullah bin ‘Abd al-Muththalib. Pada waktu Muhammad saw dilahirkan ada sesuatu yang terjadi, di antaranya adalah pancaran cahaya dari tempat lahirnya Muhammad saw hingga menerangi istana-istana di Syam dan padamnya api yang disembah oleh Kaum Majusi dan sebelumnya tak pernah padam.

Bayi yang lahir ini oleh Kakeknya diberi nama dengan nama yang belum pernah ada yang memakainya, Muhammad. Kakeknya menginginkan agar bayi ini kelak dipuji oleh manusia seluruh dunia. Setelah beberapa hari dalam asuhan keluarganya, Muhammad saw diserahkan kepada seorang pengasuh yang bernama Halimah binti Abi Zuaib dari kabilah Bani Sa’d untuk diasuh di desa. Hal ini memang menjadi kebiasaan orang Arab perkotaan dengan tujuan agar si anak terbebas dari kebiasaan-kebiasaan jelek di kota, pertumbuhan fisik optimal dan belajar bahasa Arab yang masih murni karena belum tercampur dengan bahasa-bahasa lain sebagaimana di kota Makkah.

Setelah kira-kira 2 tahun dalam asuhan Halimah, Muhammad saw dikembalikan ke pangkuan ibunya. Akan tetapi mengingat berkah yang didapat semenjak Muhammad saw berada dalam asuhannya, Halimah menginginkan agar Muhammad saw diperkenankan dibawa kembali ke desa. Akan tetapi pada saat usia Muhammad saw lebih kurang 5 tahun terjadi peristiwa yang menjadikan Halimah khawatir akan keselamatan Muhammad saw, yakni peristiwa pembedahan dada dan pembersihan hati Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril.

Karena Halimah khawatir akan keselamatan Muhammad saw, maka dengan berat hati, Muhammad SAW diserahkan kembali ke ibundanya. Muhammad saw berada dalam asuhan ibunya hingga usia 6tahun. Dalam usia yang begitu dini, Muhammad saw ditinggal ibunya pulang ke rahmatullah. Sepeninggal ibundanya, Muhammad saw diasuh oleh Kakeknya, Abdul Muttalib hingga sang kakek meninggal saat Muhammad saw berusia 8 tahun 2 bulan. Setelah kakeknya meninggal, Muhammad saw diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Pada usia 12 tahun Muhammad saw dibawa oleh Abu Thalib berdagang ke negeri Syam. Pada waktu sampai di daerah Bushra, Abu Thalib bersama rombongan dijamu oleh seorang pendeta yang dikenal dengan julukan Buhaira, yang nama aslinya adalah Jirjis. Beliau mengetahui bahwa dalam diri Muhammad saw terdapat tanda-tanda kenabian. Oleh karena itu beliau menyarankan kepada Abu Thalib untuk membawa pulang kembali Muhammad saw ke Makah karena khawatir Muhammad saw disakiti oleh orang Yahudi.

Adapun kejadian-kejadian penting pada saat beliau remaja adalah saat usianya menginjak 15 tahun terjadi perang antara kabilah Quraish dan Kinanah melawan kabilah Qais ‘Ailan. Perang ini disebut perang Fujjar karena terjadi pada al-Ashhur al-Hurum di mana pada bulan-bulan itu tidak boleh diadakan peperangan. Pada peperangan ini Muhammad saw membantu menyiapkan peralatan perang -anak panah- untuk paman-pamannya. Akhirnya perangan ini dimenangkan oleh pihak Quraish. Setelah berakhirnya perang, beberapa kabilah di kalangan Quraisy seperti Bani Hashim, Bani Muttalib, Asad bin Abdil ‘Uzza mengadakan perjanjian yang menyepakati sebuah klausul, yakni: “apabila di Makah ada orang yang teraniaya baik dari keluarga mereka atau bukan maka mereka akan membelanya hingga tuntas”. Dalam peristiwa ini Muhammad saw secara tidak langsung belajar strategi perang dan diplomasi.

Di antara pengalaman di bidang vokasional yang pernah didapatkan oleh Muhammad saw adalah menggembala kambing milik ibu asuhnya Halimah pada masa kanak-kanak dan menggembala kambing milik keluarganya di Makah. Melalui kegiatan penggembalaan beliau menemukan kesempatan untuk berpikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan membuatnya jauh dari pemikiran duniawi, sehingga ia terhindar dari noda yang merusak martabatnya. Selain itu pada saat berusia 15 tahun, Muhammad saw dibawa berdagang oleh pamannya ke negeri Syam. Namun belum sampai tujuan sudah diperintah oleh pamannya kembali ke Makah atas saran seorang pendeta seperti dijelaskan di depan.

Tampaknya Muhammad saw tertarik pada dunia perdagangan. Hal ini terbukti pada saat berumur 25 tahun, beliau berangkat ke Syam dengan membawa barang dagangan milik Khadijah RA. Khadijah RA adalah wanita pedagang yang kaya-raya lagi terhormat. Muhammad saw terkenal akan kejujuran dan kredibilitas serta kemuliaan akhlaknya. Hal inilah yang menarik dan menjadi dasar Khadijah RA meminta kesediaan Muhammad saw untuk membawa barang dagangannya. Permohonan ini diterima oleh Muhammad SAW dengan senang hati.

Setelah meyakini sifat-sifat terpuji dan keistimewaan yang ada pada diri Muhammad saw, Khadijah RA ingin agar Muhammad saw menjadi suaminya. Padahal banyak diantara pemimpin yang melamarnya, tapi Khadijah RA menolak. Ketertarikan kepada Muhammad saw ini beliau ceritakan kepada sahabatnya yang bernama Nafisah bint Munyah. Dialah yang mengajukan lamaran kepada Muhammad saw untuk Khadijah RA. Setelah mendapat persetujuan kedua keluarga, akhirnya pernikahan pun dilaksanakan. Pada saat itu Muhammad saw berusia 25 tahun sedang Khadijah RA berusia 40 tahun. Dialah wanita pertama dinikahi oleh Rasulullah saw. Beliau tidak menikah dengan wanita lain hingga Khadijah RA wafat pada saat beliau berusia 50 tahun.

Pada saat beliau berusia 35 tahun, kabilh Quraish merenovasi Ka’bah. Setelah pembangunan selesai terjadi perselisihan di antara mereka mengenai siapa yang akan diberi kehormatan untuk meletakkan kembali hajar aswad di tempat semula. Setelah bermusyawarah akhirnya semua sepakat untuk mengangkat seseorang yang akan diminta bantuan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, yaitu orang pertama yang masuk masjid dari pintu Safa. Ternyata atas izin Allah SWT orang pertama yang masuk masjid dari pintu Safa adalah Muhammad saw. Pada saat mereka tahu bahwa yang dimaksud adalah Muhammad saw mereka berseru Haza al-Amin. Muhammad saw melepas selendang kemudian menggelarnya. Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah, kemudian semua kepala suku diminta mengangkat. Setelah mendekati tempatnya, hajar aswad diambil oleh Muhammad saw dan beliau meletakkannya kembali ke tempat semula. Semua puas dengan keputusan tersebut.

Tiga tahun sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad saw dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT. Muhammad saw mulai senang ber halwat dan bertahannuth di gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur sekitar 2 mil dari Makkah. Di situ beliau memikirkan keadaan kaumnya yang tenggelam dalam kemusyrikan dan kemungkaran. Panggilan Tuhan untuk Nabi pertama kali pada waktu itu beliau mendekati usia empat puluh tahun. Apakah itu merupakan kulminasi evolusi panjang, atau cetusan yang tiba-tiba saja seperti dinyatakan dalam al-Qur’an dan hadis adalah sukar dipastikan, walaupun barangkali yang terakhir mendekati kebenaran. Orang-orang Makkah pada awalnya memandang seruan beliau pada masa-masa permulaan tidak melukai orang dan tidak memancing oposisi. Pada tahap itu, barangkali beliau tidak punya keinginan untuk mendirikan suatu agama baru, tetapi semata-mata hanya berusaha membawakan wahyu yang dalam berbahasa Arab kepada orang-orang Arab, seperti sebelumnya pernah dilakukan tanpa ada reaksi kepada bangsa lain dalam bahsa mereka sendiri. Surat-surat Makkiyah dari al-Qur’an terutama menyangkut soal-soal agama, tentang ajakan mentauhidkan Allah, dosa bagi penyembah dewa dan ancaman hukuman Tuhan.

TerPopuler