simbolisme dan agama (simbol dalam agama) -->

simbolisme dan agama (simbol dalam agama)


A. PENGERTIAN SIMBOL
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu, symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan segala sesuatu hal kepada seseorang. Atau bisa dikatakan,Simbol adalah semacam tanda, yang mengandung maksud tertentu, karena symbol merupakan suatu objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Manusia dapat memberi makna kepada setiap kejadiaan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran gagasan dan emosi. Maka untuk mempertegas pengertian simbol ini maka lebih dahulu dijelaskan pengertian simbol, isyarat dan tanda. Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada obyek.

Sedangkan isyarat ialah suatu hal atau keadaan yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat ditangguhkan penggunaannya akan berubah bentuk menjadi tanda. Contoh isyarat yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera morse dan lain sebaginya. Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan yang menerangkan obyek kepada subjek. Tanda selalu menunjuk kepada yang riil (benda) kejadian atau tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu ditandai dengan kilat. Tanda almiah ini merupakan bagian dari hubungan alamiah, sebelum guntur meledak di dahului dengan kilat. Misalnya warna putih merupakan lambang kesucian, warna merah melambangkan keberanian, rantai di dalam lambang Negara Republik Indonesia merupakan lambang kemanusiaan dan lain sebagainya.

B. HUBUNGAN SIMBOL DAN MANUSIA
Hubungan antara manusis dengan simbol-simbol sangat erat sekali bahkan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dengan simbol. Begitu eratnya hubungan manusia dengan simbol sampai manusia pun disebut sebagai makhluk yang hidup dalam simbol-simbol. Manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis, ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas manusia, yang membedakannya dengan hewan. Salah seorang filosof Ernst Cassirer, berpendapat bahwa manusia sebagi hewan yang bersimbol memang ada benarnya dengan bukti tersebut di atas. Filosof tersebut menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol. Kenyataan memang sekadar fakta-fakta tetapi sebenarnya mempunyai makna psikis, karena simbol mempunyai unsur pembebasan dan penglihatan (Cassirer, 1994: 23). Hal ini dikuatkan pendapat bahwa simbol perlu ditafsirkan dan penafsiran akan mendekatkan diri pada pemikiran yang akhirnya masuk dalam dimensi kemerdekaan, termasuk unsur pembebasan (Noerhadi, 1980: 193-194).

The Liang Gie (1975: 26) di dalam kamus logika Dictionary of Logic menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan manusia yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili sesuatu dalam bidang logika saja karena dalam budaya simbol dapat berupa kata-kata, berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut. Simbol adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap obyek, untuk mempertegas pengertian simbol ini lebih dahulu dijelaskan pengertian simbol, isyarat dan tanda. Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada obyek.

Sedangkan isyarat ialah suatu hal atau keadaan yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat ditangguhkan penggunaannya akan berubah bentuk menjadi tanda.

Contoh isyarat yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera morse dan lain sebaginya. Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan yang menerangkan obyek kepada subjek. Tanda selalu menunjuk kepada yang riil (benda) kejadian atau tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu ditandai dengan kilat. Tanda almiah ini merupakan bagian dari hubungan alamiah, sebelum guntur meledak didahului dengan kilat. Tanda-tanda yang dibuat manusia pun menunjukkan sesuatu yang terbatas yang artinya menunjukkan hal-hal tertentu pula, misalnya tanda-tanda lalu lintas, tugu-tugu jarak jalan seperti kilometer, hektometer, tanda baca pada bahasa tulis, tanda-tanda pangkat atau jabatan. Sebaliknya pada lambang contohnya lambang palang merah dan lambang Garuda Pancasila merupakan suatu benda, keadaan atau hal yang mempunyai arti yang terkandung didalam lambang-lambang tersebut. Sebuah benda, misalnya bunga, yang dirangkai menjadi untaian bunga atau kanvas yang menyatakan untuk ikut berduka cita atau bendanya, tetapi pemahaan arti benda itu dipakai sebagai lambang untuk menyatakan ikut berduka cita.

Dalam hal ini sifat kejiwaan yang ditonjolkan. Bendanya sendiri dibedakan dari unsur yang terkandung dalam dirinya sendiri dan diperluas maknanya. Buku C.A. Van Peursen Strategi Kebudayaan (1976: 141) menjelaskan pengertian tanda dan simbol sebagai berikut:
  1. Pertama, sejumlah pengarang membedakan antara tanda dan simbol. Tanda mempunyai pertalian tertentu dengan apa yang ditandai. Dimana ada asap di situ ada api. Asap merupakan tanda adanya api. Hewan pun dapat diajari tanda-tanda api. Hewan pun dapat diajari menghafalkan tanda-tanda. Ia sendiri dapat menciptakan tanda-tanda yang dinamai dengan simbol-simbol. Antara tanda dan yang ditandai tidak ada lagi pertalian alamiah. Huruf api itu merupakan sebuah simbol. Dengan cepat kita memahami tanda-tanda tersebut. Suatu perjanjian lisan dan sederhana sudah cukup disebut tanda. Terdapat juga simbol-simbol yang semata-mata dalam ilmu matematika, atau petunjuk-petunjuk di sebuah stasiun.
  2. Kedua, terdapat juga simbol-simbol yang terbina selama berabad-abad. Lambang-lambang purba seperti api, air, matahari, ikan mempunyai fungsi yang kadang-kadang religius seni atau aspek-aspek tersebut tidak dapat dipisahkan, dan dalam lingkungan kebudayaan kuno memang berjalan bersama-sama. Contoh bagus dapat dijumpai dalam huruf-huruf hieroglif di Mesir Kuno. Hurufhuruf tersebut menggambarkan makna dan menjadi lambang-lambang keagamaan kuno yang sekaligus merupakan ekspresi seni yang indah sekali.
  3. Ketiga, lambang-lambang mengejawantahkan proses belajar, sehingga seolah-olah dapat naik menara lalu dapat memandang daerah-daerah luas yang belum ia kenal. Kemudian ia tahu arah mana yang harus dijadikan kiblat. Manusia tidak seperti hewan yang terkurung dalam lingkungan alam tetapi alat itu diangkat ke dalam daya letusan-letusan simbol-simbol sendiri. Ini berarti bahwa manusia tidak hanya mendirikan menara-menara yang memperluas pandangan, melainkan pemandangan sendiri diubahnya. Lambang-lambang merupakan petunjuk jalan di tengah-tengah kesimpangsiuran perbuatan manusia. Lambang itu melontarkan pertanyaan, bagaimana orang menanggapi situasi di sekeliling? Simbol-simbol merupakan tugu-tugu yang menandai proses belajar umat manusia, petunjuk jalan ke arah pembaharuan. Bahkan lambang-lambang purba yang sepanjang abad dewasa ini dijumpai dalam mitos kesenian, kebudayaan impian dan bawah sadar, bukanlah hal-hal yang tetap melainkan selalu harus ditafsirkan kembali. Dengan penafsiran ulang, lambang-lambang itu dapat berlaku, seperti dalam psikoterapi dan kesenian, daya simboliknya tetap sama, asal disusun menjadi kaidah-kaidah baru.
  4. Keempat, lambang-lambang memperlihatkan sesuatu dari kaidah-kaidah tersebut tidak hanya bertalian dengan akal budi dan pengertian manusia, tetapi seluruh pola kehidupan, perbuatan dan harapannya. Kaidah tersebut yang bertalian dengan situasi-situasi yang disusun kembali lewat perubahan-perubahan dalam simbol-simbol, lambang-lambang bukan hasil kerja otak, bukan semacam teka-teki silang. Lambang-lambang harus dipraktekkan. Ia merupakan jalan yang memakai arah kepada perjalanan manusia, alat-alat transformasi, untuk mengubah sesuatu. Semua aktivitas manusia berlangsung lewat kaidah-kaidah tertentu, entah dalam sesuatu mekanisme teknis, kebijaksanaan politik, perwujudan artistik ataupun argumentasi ilmiah. Kaidah-kaidah tadi mengkoordinir lambang-lambang yang dipakai manusia. Jurnal Filsafat, April 2003, Jilid 33, Nomor 1 100
  5. Kelima, lambang-lambang itu, berada di luar badan manusia dan tidak terikat dengan naluri jasmani. Manusia dapat menangani simbol-simbol. Simbol muncul bila manusia mempelajari yang sedang berlangsung. Belajar berarti menggali ilmu. Manusia memiliki dan menggunakan media yang disedia bahasa bahasa untuk menampung hasil pelajarannya. Dengan bahasa manusia mentransfer ilmu-ilmu yang telah didapat generasi selanjutnya. Dengan demikian sesuatu yang dipelajari setiap angkatan terus menerus menambah khasanah pelajaran-pelajaran, sehingga pengetahuan manusia terus bertambah, seiring dengan kemajuan jaman, dan meluasnya wawasan manusia. Pada proses pembelajaran selanjutnya, ilmu dan pengetahuan manusia ditulis agar tidak hilang. Penulisan ilmu itu tentu menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol abstrak yang disandikan (bahasa sandi). Maka pengertian bahasa menjadi luas, mencakup segala macam bentuk simbol.
C. HUBUNGAN SIMBOL DAN AGAMA
Agama sebagai sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang keberadaan yang gaib, yaitu tentang hakikat hidup dan maut dan tentang wujud dewa-dewa dan makhluk halus lainnya yang mendiami alam gaib. keyakinan-keyakinan seperti itu biasanya diajarkan kepada manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan sangat erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam sebuah upacara. Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahkluk halus yang mendiami alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara. yang terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya berdo’a, bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya.

Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara keagamaan. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW.

Cara-cara berdo’a mansuia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis, misalnya mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan dan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dariTuhan.

Dalam hal inilah persepsi tentang penggunaan simbol menjadi sebagai salah satu ciri signifikan manusia yang akan menjadi sasaran penting dalam sosioligi dan disiplin lainnya.Dalam dunia antropologi, istilah simbol sudah semenjak lama dinyatakan baik secara ekpresif implicit. Edward tylor, perintis antropologi pada abad ke-19, misalnya menilis kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan pikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung menghubungkannya, sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus manusia yang tertinggi dalam bahasa yang keadirannya mengikat bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental.

Agama sebagai sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang Tuhan, keberadaan berada gaib, supranatural, yaitu tentang hakikat hidup dan maut dan tentang wujud dewadewa dan makhluk halus lainnya yang mendiami alam gaib. Keyakinankeyakinan seperti itu biasanya diajarkan kepada manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam upacara (Koentjaraningrat, 1974 : 19).

Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahkluk halus yang mendiami alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsepkonsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya berdo’a, bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya. Kadangkala interpretasi terhadap kitab sucipun mengarah kepada pemahaman simbolik, misalnya Ibnu Araby dalam interpretasinya terhadap Qur’an melangkah sangat jauh meninggalkan makna literal teks, dan menyeberang ke pemahaman simbolik (Chittick, 2001: vi) Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara keagamaan merupakan penghubung antara komunikasi human kosmis dan komunikasi keagamaan lahir dan batin. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW.

Cara-cara berdo’a mansuia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis, mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dari Tuhan Yang Maha Tinggi. Kisah nabi Adam as dan Hawa yang memakan buah khuldi juga merupakan simbol dalam agama. Dalam kisah tersebut nabi Adam AS dan Hawa telah berhasil dibujuk oleh iblis (menampakkan diri sebagai ular) memakan buah khuldi. Ular adalahs seekor binatang yang memiliki lidah bercabang dan racun bisa yang sangat berbahaya bagi manusia. Apalagi jika pembicaraannya bertambah dengan kata-kata yang berbisa, kedengarannya lemah lembut namun sesungguhnya mengandung maksud jahat.

D. TRADISI SIMBOLISME
Semua kegiatan dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat religius maupun non-religius, pada umumnya melibatkan simbolisme. Ada tiga bentuk tradisi symbol-simbol yang di kenal:

1. Tradisi symbol ekspresi.
Tradisi symbol ini lahir dari berbagai ekspresi manusiadi dalam membentuk dan memberi makna terhadap forma atau bentuk-bentuk yang hidup dari objek yang ada di sekelilingnya dan terhadap fakta religius yang trasedental. Dan dari hasil ekspresi tersebut maka dapat melahirkan berbagai tradisi simbolisme dalam bentuk-bentuk senu budaya. Dan lewat seni budaya tersebut dapat melahirkan berbagai pesan komunikatif antara manusia dengan sesama manusia

2. tradisi symbol kratofani
yang lahir karena adanya factor wahyu di dalam tradisi memahami dan memaknai asal-usul atau sumber dokrit. Wahyu sering di simbolkan sebagai langit, dan langit merupakan symbol transedensi yang kudus, maka mentradisilah istilah alam mengorientasiakan agama sebagai agama langit. Pemakanaan symbol ini sesuai engan agama masing-masing dimana symbol tersebuttalah terorganisir dan terstruktur.

3. tradisi symbol herofani
yang memaknai hubungan manusia dengan TuhanNya yang kudus dalm bentuk pemujaan dan penyembahan. Salah satu dari tradisi symbol ini dalah terlihat pada pengkultusan benda-benda, batu, gunung, pohon, bahkan tikar(sajadah) tempat sujud. Melalui penyembahan kepada benda-benda itulah manusia tersebut dapat sampai pada pengenalan yang kudus, kemudiaanya mentradisi dalam bentuk pemujaan.

E. AGAMA SEBAGAI FENOMENA SIMBOLIK
Berbagai fenomena simbolik yang lahir dari sebuah kepercayaan, dariberbagai ritual dan etika agama merupakan ungkapan simbolis yang bermakna agama. Pada aspek kepercayaan symbol menetapkan tanda realitastransenden didalam hubungan dengan kebenaran (wujud)-Nya Yang kudus, sehingga manusia dapat sampaipada pengenalan yang kudus dan trasenden. Dan fenomena yang kultus terdapat didalam agama-agama, adalah salah satu bentuk interpretative dari sebuah kepercayaan atau keyakinan agama yangdi repleksikan dalam berbagai bentuk persembahan dan pemujaan.

Apabila dalam islam system kepercayaan berintikan kepada pemujaan zat yang maha Esa(tauhid) sebagai simbolis Tuhan Allah yang disembah, maka dalam agama lain pun juga demikian misanya, dalam agama khatolik, pemujaan di wujudkan dalam bentuk penyembah-an patung yesus yang di percayai sebagai unsure utama dari system keyakinan. Pemujaan hinduisme terfenomena pada penyembahan patung TRI murti yang di yakini sebagai symbol dewa brahma, wisnu dan shiwa. Brahma sebagai symbol pencipta di lambing dengan empat tangan yang di interpretasikan dengan makna; di samping tangan jasmani juga di perlukan tangan-tangan rohani sebagai lambang rencana penciptaan.Wisnu adalah symbol pemelihara-an yangdi lambangkan dengan gambar seorang petapa sementara shiwa dilambangkan sebagai perusak yang duduk di atas ular kobra.

Dalam budhisme, pemujaan dan penyembahan patung budha duduk bersila dengan postur mistis merupakan inti kepercayaan budha yang di interpretasikan dengan yang maha mengetahui, yang mencari di gambarkan dalam bentuk patung-patung budha adalah symbol kebebasan spiritual bagi umatnya. Memodelkan tuhan sebagai bentuk symbol, tidak hanya di jumpai dalam agama histories saja tetapi juga terdapat pada ajaran pra-istoris melalui beberapa tahapan. Fenomena pemujaan dan penyembahan ke pada batu(patung dari batu) dan unsur-unsur alam kosmos lainnya yang di simbolkan sebagai tuhan dalam bentuk kepercaya-an primitive, menggambarkan manusia pahlawan dan juru selamat sebagai symbol Tuhan adalah tahap kedua dari kepercayaan umat manusia.

Kesemua fenomena keagamaan di atas, mulai dari system kepercayaan sebagai institusi agama, system ritual sebagai aplikasi dari inti atau isi yaitu agama dan system moralnya merupakan hasil refleksi dari manusia, baik pengalaman individual maupun kelompok.

BAB III.
ANALISIS SISTEM MAKNA SIMBOL DALAM AGAMA

Simbol adalah lambang yang berbicara tanpa kata-kata, menulis tampa tulisan.oleh karena itu symbol merupakan cara pengenalan makna secara otonom, maupun logikanya sendiri, tersruktur dalam suatu system yang koheren, bersifat mistis dan universal. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat digambarkan beberapa system symbol dengan makna yang terkandung di dalamnya, di antaranya yaitu;

a. Bulan bintang
Simbol ini secara realitasnya koheren dengan islam,bulan bintang adalah simbolisme dari nabi atau rasul, yang melambangkan hati yang peka. Nabi dan rasul sebagai penghambar sebagai atasan, peterjemah bahasa ilahiyah dan lain-lain, tidak mungkin ia jalankan secara,kekerasan kecuali dengan hati yang terbuka, sehingga mereka di simbolkan dengan orang yang terpilih seperti bulan. Bulan sabit dikaitkan dengan hati, berarti hati yang responsive terhadap cahaya ilahi,cahaya ilihi sendiri di simbolkan dengan bintang segi lima. Di sebutkan dengan bintang segi lima karenaketika cahaya itu terang ia mempunyai segi lima, ketika di pantulkan menjadi segi empat. Pada pembentukan pertama memberi makna pencipta sedangkan bentuk yang lainnya membri makna ketiadaan. Sebagai wujud alami manusia yang di mulai dari ada ke tiada.

b. Warna dan ritual
Pemilihan warna dalam sebuah ritual juga mempengaruhi penafsiran symbol masing-masing sesuai dengan tradisi dan penganut agama tertentu. Misalnya dalam agama Kristen warna banyak di gunakan sebagai symbol adalah, putih, kuning keemasan, merah, hijau dan unggu. Kunimg dan keemasan memiliki makna simbolis keabadiaan, kesucian, kemurnian, dan kebenaran. Warna merah melambangkan api dan darah, warna hijau melambangkan ketenangan, menyegarkan dan melegakan. Warna unggu sebagai symbol kebijaksanaans, keseimbangan, kehati-hatian dan was-was diri. Di dalam agama hindu atau Buddha di dominasi dengan warna kuning, sementara islam memendang putih dan hijau, merupakan warna yang sacral, sehingga warna hijau di maknai dengan pengislaman.

c. Simbol salib
Lambang salib di maknai dengan tiga rahasia dan dengan memaknai tiga rahasia ini kita akan memaknai seluruh ala mini, yaitu pertama dari sisi bentuknya, melambangkan manusia yang sempurna, kedua ruang dimana pada silib terdapat dua ruang horizontal yangmemantulkan dua ruang bulat yang bersifat mistis. Dua ruang mistis ini dimaknai dua dunia, yaitu dunia ini dan dunia sesudahnya dan dua symbol inilah yang memperlihatkan tanda-tanda persilangan.

d. Simbol zunar
Zunar adalah symbol zuroster bebentuk benang sutra yang di pakai pada rompi, baik laki-laki maupun perempuan. Benag sutra di percayai sebagai benda yang paling keramat. Arti moral zunar adalah pelayanan, sementara makna mistisnya, ketika zunar itu telah di sucikan dengan air, api dan udara kemudian di pakai secara horizontal dalam bentuk salib, maka seseorang yang memakai bermakna sebagai mahluk tuhan dan tidak boleh melakukan pekerjaan secara bebas melaikan harus mendahulukan pelayanan kepada tuhan dan mahluknya

e. Simbol matahari
Simbol ini bermakna alam semesta dari tuhan.simbol ini pada umunya di gambarkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Misalnya dalam agama hindu terdapat beberapa candi dan Buddha juga terdapat symbol matahari disekeliling avatar. Begitu juga dalam islam lambing matahari yang di likiskan dalam bahasa Persia atau arab sering di gambarkan dalam bentuk mesjid, meskipun tidak di maknai sebagai symbol suci.

f. Simbol seruling dan bulu merak
Simbol ini merupakan symbol yang suci yang di gambarkan dalam bentuk krisna meniup seruling dan memakai bulu burung merak. Seruling adalah symbol penderitaan dan kesedihan yang di alami jiwa sepanjang hidupnya yang di gambarkan seperti lubang-lubang yang ada pada buluh seruling. Apabila di tiup menjadi sebuah alat yag menhasilkan musik dan melalui alat itulah manusia tergugah untuk mengenal tuhan. Sementara bulu merak di kepala adalah symbol pengetahuan.

g. Simbol air
Air adalah symbol dari ruh. Sifat dasar dari air adalah memberi kehidupan ke pada bumi, demikian juga sifat ruh memberi kehidupan pada tubuh. Tampa air bumi akan mati begitu juga tubuh apabila tampa ruh akan mati. Air dan bumi keduanya bercampur, ruh juga bercampur dengan materi dan menghiduokannya kembali. Hal itu bermakna ruh seperti air yang berada didalam bumi. Di tempat manapun bumi ini pasti ada air (kecuali tempat tertentu) begitu juga ruh, tidak ada ruang yang di tempati ruh, hanya ketiadaan materi saja yang memungkinkan.

h. Simbol anggur
Anggur sebagai symbol suci tidak hanya dalam keprcayaan agama nasrani, tetapi juga dalam kepercayaan lainnya, seperti zaroaster dan hindu. Anggur adalah lambing dari evolusi manusia. Anggur yang berasal dari proses penghancuran. Buah anggur adalah lambang keabadian yang datang dari proses peniadaan diri. Ketika diri berubah sesuatu yang beradadari sebelumya, layaknya jiwa yang terlahir kembali.anggur berubah sebuah minuman hal inilah yang menjadi perubahan yang akan lebih baik.

i. Simbol merpati
Merpati di simboliskan sebagai pembawa pesan dari satu tempat ketempat yang lain dan lambang burung merpati itu adalah lambing alam untuk mewakili pesuruh dari atas sana. Burung adalah symbol yang mewakili musafir langit dan juga mewakili mahluk yang aslinya di bumi dan bisa tinggal di angkasa. Symbol ini bermakna pertama, burung mewakili gagasan tentang jiwa yang tempat tinggalnya di surga. Yang berikutnya mewakili penghunu bumi yang berjalan di lingkungan yang lebih tinggi,kedua, memberi makna berupa gagasan bahwa manusia spiritual tinggal di bumi, berasal dari surga yang bertempat di bumi sementara waktu. Symbol ini menggambarkan tentang kehidupanyang akan di tempatkan oleh manusia sebagai mahluk beragama.

j. Simbol buraq
Buraq di simbolkan sebagai kendaraan pada perjalan mi’raj nabi Muhammad saw, dan mi’raj adalah suatu insiasi perjalanan dari baitul maqdis ke sidratul muntaha. Perjalanan ini dari sudut mistisnya di maknai dengans’’perjalanan dari mesjid perdamaian ke dalam mesjid perdamaian. Simbl buraqdi pandang sebagai hewan surga yang mempunyai sayap dan bertubuh kuda, dan bermuka manusia. Sayap di maknai dengan pikiran, tubuh melambang tubuh manusia, dan kepalanyamelambangkan kesempurnaan.

k. Swastika
merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu, merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.Di yakini sebagai salah satu simbol tertua di dunia, telah ada sekitar 4000 tahun lalu (berdasarkan temuan pada makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi Swastika dapat ditemukan pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik, senjata, perhiasan atau pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah geografis yang amat luas.

Wilayah geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta, Cyprus, Italia, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet, China, Jepang, negara-negara Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga Amerika. Budha mengambil swastika untuk menunjukkan identitas Arya. Makna simbul Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut kita Dharma baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum (selamat, bahagia dan sejahtra) yaitu:

  1. Dharma Kriya: Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab
  2. Dharma Santosa: Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.
  3. Dharma Jati: Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum
  4. Dharma Putus: Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusia.
Makna yang lebih dalam yaitu Empat Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga: Dharma, Kama, Artha, Moksa.
  1. Dharma : Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat
  2. Artha : Harta benda / Materi
  3. Kama : Kesenangan / Hawa Nafsu
  4. Moksa : Kebebasan yang abadi
Simbol ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.

Swastika pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna (swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno (swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan). Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi dengan simbol tersebut. dan swastika juga merupakan simbol identis dari salib.

Di pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi sekuler sebagai semata-mata motif hiasan arsitektur maupun lambing entitas bisnis, mulai dari perusahaan bir hingga laundry. Bahkan perusaha besar Microsoft menggunakan lambang swastika miring ke kanan 45 derajat, mungkin sebagai lambang keberuntungan. Karena sampai saat ini tercatat sebagai perusahaan terkaya di Dunia. Bahkan, swastika juga pernah menjadi simbol dari sebuah kekejaman tak terperi saat Hitler menggunakannya sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya. Jutaan orang Yahudi tewas di tangan para prajurit yang dengan bangga mengenakan lambang swastika (Swastika yang “sinistrovere”: miring ke kiri sekitar 45 derajat) di lengannya. Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.

TerPopuler