Malu sebagai manifestasi dari iman -->

Malu sebagai manifestasi dari iman

Beberapa Ulama Berpendapat tentang malu

  1. Imam Nawawi menuturkan "hakekat malu adalah sifat yang membangkitkan kehendak untuk meninggalkan kejelekan dan mencegah reduksi penunaian hak kepada setiap pemilik hak".
  2. Ali r.a. juga mengatakan, "Barangsiapa yang dibalut rasa malu maka orang-orang tidak akan melihat aibnya" (Dr.Abdul Latif, Al-Akhlaaq fi Al-Islam)
Begitulah penuturan ulama mengenai definisi "Malu".

Manifestasi

Berasal dari bahasa latin yaitu manifestus atau manufestus yang artinya adalah terdeteksi dalam tindakan, terbukti atau terlihat. Dapat pula bersal dari bahasa inggris yaitu Manifestation yang artinya membuat sesuatu itu menjadi jelas atau membuktikan sesuatu itu sehingga dapat dilihat secara kasat mata.

Iman

Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Malu Sebagai Manifestasi Dari iman terdiri dari beberapa bagian, antara lain:

  • Malu kepada diri sendiri.
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat dirinya sangat sedikit sekali amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT serta kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya, maka rasa malunya akan mendorongnya untuk meningkatkan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Orang yang mempunyai rasa malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat orang lain lebih berprestasi darinya, dia akan malu, dan dia akan memanifestasi dirinya untuk menjadi seorang yang beriman.
  • Malu kepada manusia.
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan dan maksiat. Dia tidak akan menganiaya dan mengambil hak orang lain. Walaupun malu yang seperti ini bukan didasari karena Allah SWT melainkan karena dorongan rasa malu terhadap orang lain, tapi insyaAllah orang tersebut mendapat ganjaran dari Allah SWT dari sisi yang lain. Tapi perlu dicatat, orang yang merasa malu karena dorongan adanya orang lain yang memperhatikan, sementara ketika sendiri dia tidak malu, maka sama artinya orang itu merendahkan dan tidak menghargai dirinya. 
  • Malu kepada Allah SWT.
Rasa malu yang paling tinggi kedudukannya, paling mulia keadaannya, dan yang paling utama untuk kita perhatikan adalah rasa malu kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Ya, rasa malu kepada Sang Pencipta alam semesta, rasa malu kepada Dzat yang melihat kita dimanapun kita berada, dan tidak ada yang tersembunyi dari-Nya segala yang kita lakukan. Dimana dalam firman Allah SWT
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Sesungguhnya Allah mengawasi kalian.” (QS. An-Nisa: 1)

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 265)
Malulah kepada Allah dalam keramaian dan sepi, malulah kepadanya saat engkau diawasi orang lain maupun dalam keadaan tersembunyi. Rasa malu dari Allah Ta’ala itu adalah akhak yang mulia yang bisa diperoleh dengan tiga cara:

  1. Pertama, melihat betapa banyak nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada kita.
  2. Kedua, melihat betapa kurangnya kita memenuhi hak-Nya dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan-Nya kepada kita, baik melaksanakan perintah-Nya atau menjauhi larangan-Nya.
  3. Ketiga, kita mengetahui dan berusaha memunculkan kesadaran bahwa Allah melihat setiap keadaan dan gerak-gerik kita di setiap saat dan dimanapun kita berada. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.
Apabila perasaan ini telah terkumpul dalam hati sanubari seorang hamba, ia akan merasakan rasa malu yang begitu kuat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Lalu dari sifat malu inilah muncul kebaikan-kebaikan lainnya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ
“Rasa malu itu hanya akan mendatangkan kebaikan.”

Apabila di dalam hati teradapat rasa malu kepada Allah SWT, terjagalah diri kita dari akhlak yang rendah, muamalah yang jelek, dan perbuatan yang haram. Jiwa kita hanya akan terdorong melakukan kewajiban, memperhatikan akhlak yang mulia, dan adab yang indah.

Rasa malu itu dari Allah, bukanlah sebuah kalimat yang hanya meluncur dari lisan seorang hamba akan tetapi ia adalah sebuah gerakan dari hati yang melahirkan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang jelek. Sebuah emosi yang menjadikan seseorang senantiasa mendekat kepada Tuhannya langit dan bumi di setiap keadaan dan setiap waktu.

Renungkanlah hadirin sekalian, sebuah hadits yang mulia yang menjelaskan kepada kita hakikat dan maksud dari rasa malu. Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas’ud al-Hadzali radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ ، قَالَ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، قَالَ لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى ، وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى ، وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ
“Hendaklah kalian malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu. Barang-siapa yang malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya jasad. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh ia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu.” (HR. Tirmidzi)

Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa melihatnya.
Mengapa dikatakan malu sebagai manifestasi dari iman.??

jika seseorang malu kepada sesama manusia, ia tidak akan berbuat kejelekan maupun yang tercelah karena ia merasa malu, terutama malu kepada Allah yang menciptakan manusia, dengan rasa malu serong hamba dia akan bersyukur dengan beriman semata mata karena Allah SWA. Dari rasa malu seseorang tidak melakukan yang akan membuka aibnya.
  • Malu berbuat salah
Malu adalah sifat alami manusia,tak terbayangkan jika manusia sudah tidak mempunyai rasa malu dan berbuat semauanya, mengangap sesuatu yang tabu/tak pantas di masyarakat menjadi pantas!!namun malu yang di maksud di sini adalah malu berbuat salah yang tidak sesuai dengan suara hati nurani dan norma masyarakat serta norma agama.

Rasa malu yang dianjurkan pada kita masyarakat yang bermoral dan beretika beberapa contohnya yaitu malu jika tidak menghormati orang lain,malu jika membuang sampah sembarangan dan malu jika kita menipu.
Contoh kecil saja rasa malu yang dianjurkan dimiliki oleh kita sebagai mahasiswa yaitu malu jika kita menyontek waktu ada ulangan.Dan juga malu jika berpenampilah lusuh dan tidak rapi.

Tetapi persoalannya,pada masyarakat sekarang rasa malu itu sudah jarang bahkan contoh kecil diatas saja malah sepertinya sudah menjadi kebiasaan oleh kita dan masyarakat. Allah Azza wa Jalla saja Maha Pemalu dan menyukai sifat malu serta mencintai hamba-hamba-Nya yang pemalu,jadi oleh sebab itu kita mulai dari sekarang untuk menanamkan rasa malu dalam kehidupan kita supaya sifat  malu kita dapat mendorong kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk.dan kita tidak malu untuk melakukan perbuatan yang terpuji.

Oleh sebab itu marilah kita menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara diantaranya yaitu dengan mulai dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan berperilaku yang benar, pada saat kita bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan maka jika kita memang dari awalnya sudah biasa melakukan kebaikan maka sikap dan perilaku kita akan baik tetapi jika  kita terbiasa berbuat salah maka perilaku kita juga akan selalu salah.

Karena dalam kehidupan manusia yang selalu berbuat salah jika mereka berbuat benar malah mereka merasa malu karena mereka sudah terbiasa berbuat salah dan jika manusia itu terbiasa berbuat benar maka jika mereka salah mereka juga akan malu berbuat salah karena mereka terbiasa berbuat benar maka dari itu mulai dari sekarang kita harus membiasakan berkata dan berperilaku yang benar karena itu adalah awal supaya kita sebagai mahkluk yang berbudaya dapat menumbuhkan lagi rasa malu dalam diri kita.

TerPopuler