Tradisi keagamaan di indonesia yang masih ada hingga sekarang -->

Tradisi keagamaan di indonesia yang masih ada hingga sekarang

Tradisi agama islam di indonesia yang masih ada hingga sekarang

1. Wayang
wayang adalah pertunjukkan yang disajikan dalam berbagai bentuk, terutama yang mengandung unsur pelajaran (yang dalam bahasa jawa wejangan). Wayang pada mulanya dibuat dari kulit kerbau, Dahulunya lukisan seperti bentuk manusia. Karena bentuk wayang berkaitan dengan syariat agama Islam, maka para wali mengubah bentuknya. Dari yang semula lukisan wajahnya menghadap lurus kemudian agak dimiringkan. Pertunjukan ini diiringi dengan teratur oleh seperangkat gamelan. Pada tahun 1443 Saka, bersamaan dengan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka wujud wayang geber diganti menjadi wayang kulit secara terperinci satu persatu tokoh-tokohnya. Sumber cerita dalam mementaskan wayang diilhami dari Kitab Ramayana dan Mahabarata. Tentunya para Wali mengubahnya menjadi cerita-cerita keislaman, sehingga tidak ada unsur kemusyrikan didalamnya. Salah satu lakon yang terkenal dalam pewayangan ini adalah jimad kalimasada yang dalam Islam diterjemahkan menjadi Jimad Kalimat Syahadat. Dan masih banyak lagi istilah-istilah Islam yang dipadukan dengan istilah dalam pewayangan.

2. Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad saw
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana (perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan sanjungan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam menyelenggarakan pesta musik yang diiringi rebana ini juga menampilkan lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang kesenian hadrah masih eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman sekarang kesenian hadrah biasanya hadir ketika acara pernikahan, akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini dijadikan lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah.

3. Qasidah
Qasidah artinya suatu jenis seni suara yang menamilkan nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu dan syairnya banyak mengandung dakwah Islamiyah yang berupa nasehat-nasehat, shalawat kepada Nabi dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi dengan musik rebana. Kejadian pertama kali menggunakan musik rebana adalah ketika Rasulullah saw disambut dengan meriah di Madinah.

4. Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.

Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.

5. Mauludan
Setiap bulan Rabi’ulawwal tahun Hijriyah, sebagian besar umat Islam Indonesia menyelenggarakan acara mauludun. Maksud dari acara tersebut adalah untuk mengenang hari kelahiran Rasulullah saw. Dalam acara tersebut diadakan pembacaan sejarah hidup Nabi Muhammad saw melalui kitab Al- Barzanji atau Situddurar. Puncak acara biasanya terjadi pada tanggal 12 rabiulawwal, dimana tanggal tersebut Rasulullah saw dilahirkan.

6. Seni kaligrafi
Ditunjukkan dalam bentuk hiasan yang berbentuk manusia atau hewan yang bertuliskan arab. Dalam kaligrafi tersebut selain diperindah bentuknya, juga berisi tentang kalimah-kalimah suci yang menyangkut tentang Tauhid. Perkembangan hasil kesenian pada masa kerajaan Islam baik di Jawa maupun di luar Jawa menunjukkan bahwa melalui aspek-aspek tersebut proses islamisasi dapat diterima secara damai. Karya sastra juga ikut mewarnai perkembangan Islam di Indonesia. Seni sastra yang berkembang dipengaruhi oleh hasil budaya dari Persia dan seni sastra pra-Islam. Karya sastra pada masa kerajaan Islam adalah Hikayat, babad, syair dan suluk.

Hikayat berisi tentang cerita atau dongeng tentang peristiwa yang menarik dan hal yang tidak masuk akal. Diantara hikayat yang terkenal adalah hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat 1001 malam, Hikayat Bayan Budiman dan lain-lain. Sedangkan babad adalah tulisan yang menyerupai sejarah, namun isinya tidak selalu berdasarkan fakta. Babad merupakan campuran antara fakta sejarah, mitos dan kepercayaan. Contoh babad adalah Babad Tanah jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram dan Babad Surakarta.

Syair adalah karya sastra yang berupa sajak atau pantun. Contoh syair yang ada terdapat di batu nisan makam Putri Pasai di Minje Tujoh. Sedangkan yang dimaksud dengan suluk adalah karya sastra yang berupa kitab. Kitab ini hasil karangan para ahli tasawuf. Isinya berupa uraian mistik yang berbentuk tembang dan berupa tanya jawab. Contoh suluk adalah Suluk sukarsa, Suluk Wujil dan Suluk Malang Sumirang.

Tradisi agama Hindu di indonesia yang masih ada hingga sekarang

1.    Potong Gigi
Potong gigi (bahasa Bali: mepandes, mesangih atau metatah) adalah upacara keagamaan Hindu-Bali. Upacara ini termasuk apa yang disebut dengan istilah upacara manusa yadnya. Yang dilakukan pada saat potong gigi adalah mengikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring. Tujuan dari upacara ini ialah untuk mengurangi sifat buruk (sad ripu) pada yang bersangkutan.

2.    Ngaben
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).Tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.

Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.

3.    Tingkeban (Nujuhbulan)
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

4.    Sedekah Laut
Masyarakat nelayan pantai selatan Jawa setiap tahun melakukan sedekah laut sebagai persembahan kepada sang Ratu agar menjaga keselamatan para nelayan dan membantu perbaikan penghasilan. Upacara ini dilakukan nelayan di pantai Pelabuhan Ratu, Ujung Genteng, Pangandaran, Cilacap, Sakawayana dan sebagainya. Disaat-saat tertentu banyak acara ritual yang sering digelar penduduk setempat sebagai rasa terima kasih mereka terhadap sang penguasa laut selatan.

5.    Sedekah Bumi
Sedekah bumi merupakan simbol dari rasa syukur dari hasil bumi ang melimpah, dan biasanya di lakukan atau pelaksanaannya tiap tahun atau merupakan tradisi tahunan. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, nelayan yang menggantunggkan hidup keluarga dan sanak famil mereka dari mengais rizqi dari memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi.Ritual sedekah bumi  sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.

Pada acara sedekah bumi warga membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut.


TerPopuler