motivasi beragama dan aktivitas beragama -->

motivasi beragama dan aktivitas beragama



MOTIVASI BERAGAMA.
Dalam Psikologi dikenal istilah motivasi. Secara umum motivasi diartikan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Bimo Walgito, motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan . Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi mempunyai 3 aspek yaitu keadaan terdorong dalam diri organisme, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini, dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku.

Dalam Psikologi istilah motivasi sering menimbulkan perbedaan pemahaman. Dalam penggunaan istilah motif terkadang berbeda dengan motivasi. Tetapi dapat pula motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang terebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita yang merupakan tahap awal dari proses motivasi sehingga masih merupakan suatu kondisi intern atau kesiapsiagaan. Motif tidak selamanya aktif, hanya pada saat tertentu saja apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak .

Motivasi, menurut M.Utsman Najati, adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada mahluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Menurut Syeikh Mahmud Shalthut, Agama didefinisikan sebagai pranata ke-Tuhanan, sehingga beragama diartikan sebagai menerima pranata ke- Tuhanan yakni mengakui atau meyakini adanya Tuhan . Selanjutnya menurut Joachim Wach, beragama adalah respons terhadap sesuatu yang diyakini sebagai Realitas Mutlak, kemudian diungkapkan dalam bentuk pemikiran, perbuatan, dan komunitas kelompok . Dengan demikian motivasi beragama dapat diartikan sebagai kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk merespon pranata ke-Tuhanan, sehingga seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran, perbuatan dan komunitas kelompok.

1. Macam-Macam Motivasi Beragama
Motivasi beragama sangat berkaitan langsung dengan perjalanan rokhani seseorang untuk mencari keridhaan Allah. Secara garis besar motivasi beragama dibagi menjadi dua:

a. motivasi intrinsik. Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar. Dalam beragama seseorang merespon ajaran (Islam) melalui pemahaman yang mendalam lewat kitab suci (al-Quran) dan Hadits untuk mendapatkan kebenaran yang haqiqi setelah melalui perjalanan rokhani yang panjang. Motivasi intrinsik ini sering diperoleh oleh para muallaf sehingga sehingga dia yakin tentang kebenaran Islam.

b. Motivasi ekstrinsik Ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar. Seseorang beragama (Islam) karena memang dari keturunan dan atau lingkungannya memilih Islam. Ataupun juga dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar dari nilai yang terkandung dalam ajaran (Islam) itu sendiri. Motivasi ini terdapat pada masyarakat secara umum termasuk kita sendiri.

Kedua macam motivasi tersebut pada tahap-tahap awal seseorang beragama sangat diperlukan. Kelanjutannya perlu mendapat pembinaan agar tujuan mencapai ridha Allah benar-benar terwujud. Pada akhirnya nanti seseorang beragama benar-benar bersih dari bentuk-bentuk motivasi yang jahat. Sehingga tidak ada lagi agama dijadikan dasar legalisasi penghancuran terhadap yang tidak beragama. selain dari kedua motivasi tersebut

Pada kenyataannya motivasi beragama (Islam) merupakan motif azasi yang dimiliki setiap manusia sejak dia dilahirkan, yakni yang disebut dengan fitrah.”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Fitrah sebagai motivasi azasi manusia sering diartikan sebagai naluri yang manusiawi, yaitu naluri yang hanya dimiliki oleh manusia yang berbeda dengan naluri-naluri hewan, karena menyangkut faktor rokhaniah.

2. Faktor-Faktor Motivasi Beragama
Dikatakan sebagai faktor-faktor motivasi beragama adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang sehingga ia mempunyai dorongan untuk beragama. Faktor-faktor ini terdiri dari ;

a. Faktor internal
Dimaksud faktor internal adalah faktor dari dalam manusia itu sendiri yang mempengaruhi motivasi beragama seseorang. Faktor internal dijelaskan dalam salah satu hadits yang menerangkan bahwa hidup manusia dipengaruhi oleh hawahu, butunahu, furujahu, yakni atas perut, perut dan bawah perut. Hal ini sejalan dengan teori libido Sigmund Freud. Dalam falsafah Jawa dikenal harta, tahta, wanita.

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi motivasi beragama yang berasal dari luar manusia itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi; lawan jenis, keturunan, harta benda berharga, transportasi, peternakan dan pertanian.

Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi motivasi beragama seseorang, Sehingga seperti yang saya tulis di atas bahwa dalam beragama harus bersih dari motivasi jahat maka dimaksud motivasi jahat adalah motivasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas. Motivasi beragama merupakan salah satu unsur pokok manusia dalam berbuat. Melihat struktur manusia yang terdiri unsur fisik dan psikis, maka pembagian motivasi ada dua yakni motivasi fisik dan motivasi psikis atau spiritual yang termasuk di dalamnya adalah motivasi beragama. Tokoh-tokoh psikologi yang menyebutkan motivasi spiritual antara lain:

a. W.A Gerungan, yang menyebutkan motivasi biogentis, motivasi sosiogenetis, dan motivasi teognetis;
b. Lindzy mengungkapkan tentang dorongan aspek spiritual dalam diri manusia yang meliputi dorongan untuk beragama, kebenaran dan keadilan, benci terhadap kejahatan, kebatilan dan kezaliman;
c. Maslow juga berpendapat bahwa kebutuhan spiritual manusia merupakan kebutuhan alami dimana integritas perkembangan dan kematangan kepribadian individu sangat tergantung pada pemenuhan kebutuhan tersebut.

AKTIVITAS KEGAMAAN
1. Pengertian Aktivitas Keagamaan
Aktivitas keagamaan terdiri dari dua kata atau istilah yaitu “aktivitas” dan keagamaan”, istilah aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity” yang berarti aktivitas, kegiatan, kesibukan. Sedangkan kata “keagamaan” berasal dari kata dasar “agama” yang mendapat awalan “ke-“ dan akhiran “-an”. Agama itu sendiri mempunyai arti kepercayaan kepada Tuhan, ajaran kebaikan yang bertalian dengan kepercayaan Pengertian agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti “kacau”. Jadi kalau ditelusuri dari makna-makna artinya, maka didapati arti dari agama yang sesungguhnya yaitu aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia. Jadi kata aktivitas keagamaan mempunyai arti segala aktivitas dalam kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai agama, yang diyakini agar tidak terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana yang telah diungkapkan oleh George Galloway, adalah sebagai keyakinanmanusia terhadap kekuatan yang melampaui dirinya, kemana ia mencari pemuas kebutuhan emosional dan mendapat ketergantungan hidup yang diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian.

Aktivitas keagamaan suatu umat beragama bukan hanya pada tataran relasi dengan Tuhan, namun juga meliputi relasi dengan sesama makhluk. Aktivitas keagamaan merupakan bagian dari dimensi ritual suatu agama, dan pada dasarnya aktivitas keagamaan itu timbul dari cara manusia “mengejewantahkan” keberagamaannya. Penulis-penulis terdahulu seperti Tylor dan Spencer menganggap agama sebagai suatu hasil pemikiran manusia dan hasratnya untuk mengetahui. Ini adalah bagian, bukan hakikat dari kebenaran itu, Durkheim dan belakangan juga Freud, mengemukakan landasan-landasan agama yang bersifat naluriah dan emosional. Meskipun perasaan dan emosional merupakan aspek-aspek tingkah laku keagamaan, namun agama itu sendiri tidak dapat dianggap sebagai “sesuatu yang semata-mata” didorong kelahirannya oleh kegembiraan kelompok khalayak ramai (seperti sering disebut-sebut oleh Durkheim) atau, seperti dikatakan oleh Freud, sebagai akibat dari dorongan nafsu seksual yang mendapatkan saluran. Diantara binatang-binatang hanya manusia lah yang mampu menciptakan bahasa simbolik dan pemikiran abstrak. Dia tidak hanya berbuat dan bereaksi, tetapi juga mengembangkan dan menanggapi perbuatan. Karena itu, sebagaimana pernah diamati oleh Walt Whittman,10 manusia adalah satu-satunya (makhluk) yang memikirkan alam. Whittman mempunyai persepsi, sebagai penyair, bahwa kebutuhan manusia mencapai keserasian dengan kecemasannya, ada kalanya terikat dengan kesadaran beragamanya yang mendalam.

Agama sebagai realitas pengalaman manusia dapat diamati dalam aktivitas kehidupan umat (komunitas umat beragama), dan emosi keagamaan. Hal ini berarti, aktivitas keagamaan muncul dari adanya pengalaman keagamaan manusia.

2. Bentuk-bentuk Aktivitas Keagamaan
Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan yang dimaksud dalam pembahasan disini adalah pada tataran implementasi atau praktek, yang dilakukan di dalam rumah-rumah ibadah dan nilai-nilai yang terkandung dari setiap praktek dari bentuk-bentuk aktivitas keagamaan itu adalah diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari. Untuk kalangan umat seagama maupun antar umat beragama. Secara etimologi, praktek keagamaan berasal dari bahasa Indonesia, “praktek dan agama”. Yang dimaksud dengan praktek adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dengan teori. Sedangkan yang dimaksud dengan agama adalah sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Sedangkan pengertian praktek keagamaan secara terminologi adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Dr. Nico Syukur Dister, Ofm., praktek kegamaan adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan karena motif tertentu. Sedangkan menurut Dr. Quraish Shihab, yang dimaksud dengan praktek keagamaan adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan karena kebutuhan. Demikian pula pengertian praktek keagamaan menurut Drs. Amsal Bachtiar, MA., adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan juga karena kebutuhan.

Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan tidak akan lepas dari adanya partisipasi atau peran serta. Partisipasi adalah ikut sertanya satu kesatuan untuk mengambil bagian dalam aktivitas yang dilaksanakannya oleh susunan kesatuan yang lebih besar. Partisipasi mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok yaitu partisipasi dalam pembangunan lembagalembaga keagamaan dan bukan keagamaan, misalnya tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah agama, dan sekolah-sekolah umum, dan lain-lain. Selain itu, partisipasi juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok, misalnya pembangunan sarana dan prasarana baik yang berhubungan dengan fisik dan non fisik, memperbaiki jalan, dan lain-lain.

Dalam bidang kegiatan non fisik, adalah secara individu sebagai bagian dari umat beragama adalah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan dalam tempat ibadah, yang terdiri dari kebaktian atau misa mingguan, memperingati hari-hari besar keagamaan, ceramah-ceramah yang berisikan persoalan yang berhubungan dengan agama dan ibadah, dan lain-lain. Pada hakikat nya antara partisipasi dan aktivitas tidak dapat dipisahkan antara keduanya, karena dalam pengertian partisipasi terkandung pula di dalamnya aktivitas atau kegiatan, dan dalam aktivitas tercakup pula di dalamnya partisipasi jika seseorang terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan seseorang melakukan kegiatan (aktivitas) berarti ia berpartisipasi aktif dalam kegiatan itu. Sekalipun ada banyak bentuk-bentuk aktivitas keagamaan, namun semua itu terangkum dalam dua kategori tersebut di atas.

Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan bisa saja berbeda pada masing-masing agama, akan tetapi tujuannya sama, disamping sebagai bentuk “konsentrasi” atas keimanan terhadap agama atau kepercayaan yang diyakininya sekaligus perwujudan dari eksistensi agama yang mereka anut. Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan sangat bergantung pada latar belakang dan kepribadian nya. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privaci seseorang. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional. Namun makna yang lebih global dan makro adalah implementasi atas nilai-nilai ajaran dari masing-masing agama sebagai makhluk Tuhan yang individual dan sosial.

TerPopuler