biografi edward w. said (author of orientalisme) -->

biografi edward w. said (author of orientalisme)

Biografi Edward W Said
author orientalisme (edward w. said)
Edward William Said, demikian nama lengkapnya, dilahirkan di Jeruslaem, 1 Nopember 1935 dan meninggal pada 23 September 2003. Ibunya bernama Hilda, seorang Palestina kelahiran Nazareth. Sedang Ayahnya, Wadie Said adalah orang Amerika Serikat kelahiran Jerusalem.

Said memulai pendidikan formalnya di GPS (Gezira Preparatory School) di Lebanon. Sedangkan pendidikan rohaninya ia dapatkan di Gereja All Saints’ Cathedral. Pada masa kecil dan remajanya, Said dikenal sebagai anak yang biasa-biasa saja. Tapi dia suka membaca, menyukai puisi, dan gemar menonton film. Selepas lulus dari GPS, Said melanjutkan sekolah di Cairo School for American Children (CSAC). Kemudian, pada 1951 Said meninggalkan Mesir untuk melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi Victoria College. Di sekolah ini, Said mulai rajin menulis dan pergi ke perpustakaan. Tulisan pertamanya, On Lighting a Match (1952) mendapat pujian dari dosennya.

Setelah lulus dari CSAC, Said melanjutkan pendidikannya di Princenton University (1953). Di kampus inilah karakter Said mulai terbentuk. Kegiatan membaca, menulis dan berpidato dijadikan benteng untuk melindungi dirinya dari pengaruh buruk lingkungan sosial Princenton. Sebab, saat itu sebagian besar mahasiswa Princenton lebih suka berkumpul membuat club-club dan berhura-hura (Out of Place, hal: 438). Said menulis kolom pertamanya di koran mahasiswa Princenton tentang pencaplokan Terusan Suez dalam perspektif Arab. Bermula dari tulisan yang sangat berani itu, Said semakin leluasa mempelajari relasi antara sastra, politik, agama dan kekuasaan.

Ketekunan Said dalam mempelajari kebudayaan dan politik itu, bukan hanya karena jurusan sastra yang ia ambil. Melainkan, juga karena didasarkan atas pengalaman pribadinya dalam melihat konflik, ketidakadilan, penindasan dan imperalisme-kolonialisme. Ketidakadilan yang tak hanya melintas dalam bidang ekonomi-politik, tapi juga menukik di ruang budaya dan pengetahuan. Said sadar, bahwa ada ketimpangan ketika negara penjajah menulis tentang daerah jajahannya. Negeri tertindas akan mengalami ketidakadilan dan kekacauan sejarah. Dari mutiara keringat dan refleksi kritis itu, Said berhasil menemukan satu bidang ilmu yakni Orientalism. Pemikiran tentang orientalisme ia tuangkan di dalam bukunya berjudul Orientalism (1978). Buku tersebut berusaha melacak berbagai tahapan hubungan dari invansi Napoleon atas Mesir, melalui periode kolonial utama dan kebangkitan ilmu pengetahuan dari orang-orang Asia modern di Eropa abad 19. Kemudian, dijelaskan pula hegemoni imperialisme Inggris dan Perancis di Asia setelah Perang Dunia II dan pemunculan dominasi Amerika Serikat di mana-mana. Tema utama dari buku ini dipengaruhi oleh pemikiran Antonio Gramsci, tentang afiliasi antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan.

Pengalaman-pengalaman hidup Said yang menakjubkan itu dapat kita baca melalui bukunya, Out of Place (1999). Buku ini merupakan memoar pribadi, yang ditulis saat ia menderita penyakit leukemia. Kendati tidak menceritakan secara keseluruhan rekam jejak hidupnya, buku ini cukup memberikan informasi kepada kita tentang asal-usul, kehidupan pribadi, pendidikan, perkembangan intelektual, serta percikan-percikan pemikirannya. Dalam buku setebal 488 lembar ini, Said mengawali tulisannya dengan sebuah refleksi atas tragedi dan keterasingan dirinya terhadap asal-usul nama, bahasa, lingkungan, dan tempat tinggal keluarganya yang selalu berpindah-pindah. Buku ini menjadi saksi betapa tragedi dan keterasingan sangat akrab dengan nafas hidup Said. Berbagai penghinaan, penindasan dan kondisi mencekam akibat perang, menjadi ingatan yang menembus alam bawah sadarnya. Said harus menggerakkan ingatan masa kecil hingga dewasanya untuk menuliskan karya ini.

Hampir sepanjang hidupnya, Said mengaku selalu memikirkan perasaan jengah terhadap banyaknya identitas dirinya yang nyaris selalu ’bertentangan.’ Said terjepit di antara dua alternatif dan pilihan yang selalu membayangi hidupnya. Yaitu antara Arab, Inggris, Amerika, Muslim, Protestan, Barat, dan Timur. Dari pengalaman pribadinya itulah, ’penyakit’ tersebut justru membantu untuk mengungkap kontradiksi-kontradiksi, yaitu antara Barat dan Timur, tentang agama, penjajahan, kemanusiaan, dan kemerdekaan.

Selain itu, Said juga menulis hampir tanpa henti di media Barat dan Arab mengenai perampasan hak-hak rakyat Palestina oleh Israel. Sekurang-kurangnya dua buku penting telah ia tulis mengenai pokok soal ini, yakni The Question of Palestine dan The Politics of Dispossession. Buku The Question of Palestine (1979) yang merupakan buku keduanya, menyajikan riwayat perjuangan dari penduduk asil Arabm sebagian besar penduduk Muslim Palestina dan gerakan Zionis (di Israel), yang sumber dan metode pengikatannya dengan realitas ”Oriental” Palestina sebagian besar adalah produk Barat. Di dalam buku ini Said berusaha menggambarkan apa yang telah disembunyikan di bawah permukaan pandangan Barat terhadap orang-orang Asia dalam kasus ini, perjuangan nasional orang-orang Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri. Kemudian di dalam bukunya yang ketiga, Covering Islam (1981), Said berusaha membongkar hubungan Barat (khususnya Amerika) terhadap Islam sejak awal 1970-an. Di samping itu, Said juga menulis puluhan kolom dan artikel di koran dan majalah. Pandangannya tentang masalah Palestina kerap kali tidak cocok dengan para pemimpin Palestina sendiri, termasuk Yasser Arafat. Ketika Perjanjian Oslo ditandatangani pada tahun 1993, Said putus hubungan dengan Arafat dan mengkritik pemimpin PLO ini dengan tajam. Perjanjian itu dianggapnya telah mengingkari hak para pengungsi Palestina untuk kembali.

Karya edward w said adalah penulis yang produktif. Ia dikenal sebagai ahli sastra bandingan (comparative literature) di Colombia University. Sebagian besar buku-bukunya berkaitan dengan masalah Timur Tengah, semisal Orientalism (1978), The Question of Palestine (1979), Covering Islam: How the Media and the Experts Determine How We See the Rest of the World (1981), The Politics of Dispossession (1994), dan Peace and Its Discontents: Essays on Palestine in the Middle East Peace Process (1995). Sedang buku-buku Said lainnya adalah The World, the Text, and the Critic (1983), Nationalism, Colonialism, and Literature: Yeats and Decolonization (1988), Musical Elaborations (1991), dan Culture and Imperialism (1993), dan memoar pribadinya yaitu Out of Place (1999).

Baru beberapa bukunya yang telah diindonesiakan. Pada 1984, sekitar 6 tahun sejak kemunculan Orientalism, penerbit Pustaka di Bandung meluncurkan versi Indonesia dari buku tersebut, hasil terjemahan Asep Hikmat. Hingga kini, buku terjemahan itu telah beberapa kali dicetak ulang. Buku-buku karya Said yang telah diIndonesiakan antara lain Kebudayaan dan Kekuasaan (Mizan, 1995), Covering Islam (Jendela, 2002) dan Out of Place (Jendela, 2002). Ada juga versi Indonesia dari kumpulan ceramah Said di Radio BBC yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (1998) berjudul Peran Intelektual.

Untuk membaca pikiran dan gagasan Said, kita dapat memahaminya melalui buku Orientalism (1978). Konon, buku ini menjadi master piece Edward Said yang pernah mengundang perdebatan di kalangan akademisi dan intelektual pada era 1970-an. Dalam buku ini, Said berusaha memaparkan analisis terhadap karya-karya sastra negara-negara orientalis seperti Inggris, Perancis, dan Amerika yang cenderung memojokkan (hegemonik) terhadap negara lain (Timur-Islam).

TerPopuler