upacara sakral yang masih ada hingga sekarang -->

upacara sakral yang masih ada hingga sekarang

A. Pengertian Upacara
Upacara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang di instansi kantor pemerintah untuk memperingati sesuatu atau karena diadakan acara tertentu.
Contoh : Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara hari ibu, Upacara serah terima jabatan, dan lain sebagainya.

Upacara khusus adalah upacara yang dilaksanakan secara khusus tanpa membutuhkan kehadiran pejabat dan memiliki tata urutan upacara yang tidak harus lengkap.
Contoh : kegiatan apel, laporan serah terima jabatan, dll.

Sedangkan upacara adat adalah salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa praaksara dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat.pada bahasan kali ini kita akan membahas tentang pengertian upacara adat dan juga contoh-contoh upacara adat yang ada di Indonesia yang merupakan warisan nenek moyang kita. Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara yang dimaksud bukanlah upacara dalam pengertian upacara yang secara formal sering dilakukan, seperti upacara penghormatan bendera. Melacak melalui upacara, yaitu upacara yang pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara labuhan, upacara camas pusaka dan sebagainya. Upacara adat yang dilakukan di daerah, sebenar- nya juga tidak lepas dari unsur sejarah.

Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat yang menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat menjelaskan tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita dapat melacak tentang asal usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain-lain.Berikut adalah contoh upacara-upacara yang masih sering dilakukan khususnya untuk upacara keagamaan islam lokal di komunitas pesisir.

1. Ritus Lingkungan Hidup
Upacara kehamilan adalah upacara waktu kehamilan tujuh bulan yang disebut tingkepang atau juga disebut mitoni. Upacara tingkepang iyalah upacara yang pertama sehingga sering kali di buat secara besar-besaran terutama bagi kehamilan pertama. Kehamilan kedua, ketiga dan seterusnya hanya dengan brokohan saja atau upacara sederhana.

Upacara brokohan atau barokahan berasal dari bahasa arab yang telah mengalami perubahan menurut lidah jawa dilakukan untuk menandai rasa syukur bahwa bayi dilahirkan dengan selamat (aqiqah. )Upacara khitanam atau sunatan iyalah ritual yang menandakan anak laki-laki telah menantang kehidupan. Khitanam adalah lambang keberanian, pada acara ini biasanya dibersamakan dengan kegiatan duwegawe atau ewo yang terkadang diselenggarakan secara besar-besaran bagi yang berekonomi mampu. Bahkan juga diadakan arak-arakan jaran jenggo kuda di hias dan anak yang akan disunat dinaikkan di kuda itu sementara yang lain menari-menari.

Upacara yang bernada kesediahan adalah upacara kematian, yang terkadang menghabiskan banyak uang terutama di kalangan orang kaya sebab harus memberi pesangon atau disebut selawat kepada semua yang hadir di upacara kematian ada serangkaian upacara di sini yaitu upacara tiga hari tujuh hari empat puluh hari seratus hari setahun dan seribu hari.

2. Upacara Tolak Bala
Upacara tolak bala di selenggarakan dalam rangka menolak mala petaka atau marabahaya. Yang termasuk upacara ini antara lain adalah upacara nyadran yang di selenggarakan di tempat yang di anggap wingit atau dianggap ada penunggunya yang disebut sebagai danyang sumur dan yang kuburan yang keduanya di kaitkan dengan penjaga desa atau leluhur desar. Danyang sumur biasanya di kaitkan dengan penjaga sumur dan danyang kuburan di kaitkan dengan leluhur desa atau cikal bakal desa. Upacara nyadram dahulunya selalu dengan menggunakan tayuban untuk upacara di sumur dan upacara manganan untuk kuburan. Untuk keduannya merupakan upacara komunal, artinya sebagian masyarakat besar terlibat didalamnya dan sebagian yang tidak terlibat di dalamnya melakukan upacara slametan di rumah-rumah. Upacara dirumah ini dihadiri oleh tetangga sekitar dan biasanya mendatangkan tokoh agama lokal. Tidak ada yang istimewa di dalam upacara itu kecuali sekedar slametan biasa.

3. Upacara Hari-Hari Besar Islam: Upacara Kalenderikal
Upacara hari besar islam sebenarnya mengikuti kalender islam, yaitu terkait dengan bulan-bulan islam. Dimulai dengan bulan-bulan syuro atau muharram. Contoh upacara yang masih sering di lakukan adalah upacara tompo tahun yaitu menandai pergantian tahun. Ini hanya upacara slametan biasa hanya sekedar mengundang tetangga dan tanpa keruwetan yang berarti. Contoh pada bulan maulid diadakan upacara mauludan atau udukan yang diselenggarakan untuk menandai kelahiran kanjeng Nabi Muhammad Saw. Upacara ini adalah upacara komunal dan sebagian besar warga desa mengikutinya. Biasanya upacara ini di selenggarakan di rumah kepala desa (pada masa lalu) namun sekarang telah di alihkan di langgar atau masjid. Dan upacara ini biasanya di pinpin oleh kiai atau toko agama.

Upacara lainnya adalah upacara megengan untuk menandai masuknya bulan puasa. Megeng artinya ialah menahan, yakni menahan hawa nafsu agar puasa yang di lakukan di bulan ramadhan akan mencapai tujuannya namun tradisi ini telah diganti dengan slametan biasa di rumah-rumah dan selain itu ada juga upacara maleman untuk menandai turunya lailatuk qadar serta upacara ini dia adakan khususnya di malam-malam ganjil di akhir bulan ramadhan yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

4. Upacara Sedekah laut
Upacara ini dilakukan untuk menandai masa awal musim penangkapan ikan setelah masa laif atau paceklik, sehingga hasil tangkapan ikan sangat baik. Upacara ini juga sering di sebut babakan atau permulakan atau masa awal upacara ini benar-benar merupakan upacara komunal, sebab upacara ini tidak hanya di ikuti oleh orang NU tetapi juga orang muhammadiyah. Pada masa lalu upacara manganan perahu juga mendatangkan kegiatan sindiran atau tayuban yang di ikuti oleh orang-rang yang memang menyenanginya. Seluruh peserta yang hadir membawa tumpeng, dan lauk pauk yang seadanya dan setelah di doai tumpeng tersebut di buang kelaut. Namun sekarang upacra tersebut diganti dengan kegiatan upacara biasa saja tanpa membuang makan kelaut sebagai persembahan kepada kiai anjir serta acara sindiran diganti dengan acara pengajian.

TerPopuler