konsep arsitektur rumah adat tongkonan masyarakat toraja -->

konsep arsitektur rumah adat tongkonan masyarakat toraja

arsitektur rumah adat tongkonan masyarakat toraja
Konsep Arsitektur Tradisional Toraja
Rumah bagi masyarakat toraja yang lebih di kenal dengan tongkonan, tidak sekedar tempat bernaung beristirahat dan makan minum bersama keluarga tetapi lebih dari itu rumah merupakan tempat untuk menyeimbangkan kehidupan fisik dan rohani, menyelaraskan hubungan horisontal penguasa alam dan vertikal sesama manusia dan alam lingkungan sekaligus tempat reuni mereka yang sesekali mengadakan pertemuan antara keluarga di dalam satu marga karenanya masyarakat tanah toraja didalam membangun rumah tradisional mengacu pada kearifan budaya lokal (kosmologi) yang terdapat pada empat konsep sebagai berikut:
  • Konsep ‘pusar’ atau pusat rumah sebagai paduan antara kosmologi dan simbolisme.
  • Dalam perspektif kosmologi, rumah merupakan mikrokosmos bagian dari lingkungan makrokosmos.
  • Pusat rumah meraga sebagai perapian di tengah rumah, atau atap menjulang menaungi ruang tengah rumah asap dan atap menyatu dengan father sky.
  • Pusat rumah juga meraga sebagai tiang utama, seperti aqriri possi di toraja, possi bola di bugis, pocci balla di makassar, tiang menyatu dengan mother earth.
Pada masyarakat toraja dalam kehidupannya juga mengenal filosofi aluq aqpa otoqna yaitu empat dasar pandangan hidup: kehidupan manusia kehidupan leluhur “to doloq” kemuliaan tuhan adat dan kebudayaan keempat filosofi ini menjadi dasar terbentuknya denah rumah toraja empat persegi panjang dengan dibatasi dinding yang melambangkan “badan” atau kekuasaan dalam kehidupan masyarakat toraja lebih di percayai akan kekuatan sendiri, “egocentrum”. Hal ini yang tercermin pada konsep arsitektur rumah mereka dengan ruang-ruang agak tertutup dengan “bukaan” yang sempit. Selain itu konsep arsitektur tradisional toraja banyak dipengaruhi dengan etos budaya “simuane tallang” atau filosofi harmonisasi dua belahan bambu yang saling terselungkup sebagaimana cara pemasangan belahan bambu pada atap rumah adat dan lumbung. Harmonisasi didapati dalam konsep arsitektur tongkonan yang menginteraksikan secara keseluruhan komponen tongkonan seperti: rumah, lumbung, sawah, kombong, rante dan liang, di dalam satu sistem kehidupan dan penghidupan orang toraja didalam area tongkoan.

Tata letak rumah tongkonan berorientasi utara selatan, bagian depan rumah harus berorientasi utara atau arah puang matua ulunna langiq dan bagian belakang rumah ke selatan atau arah tempat roh-roh polloqna langiq. Sedangkan kedua arah mata angin lainnya mempunyai arti kehidupan dan pemeliharaan, pada arah timur di mana para DealDewata memelihara dunia beserta isinya ciptaan puang matua untuk memberi kehidupan bagi manusia, dan arah barat adalah tempat bersemayam To Membali Puang atau tempat para leluhur To doloq atau selalu ada keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

Rumah Adat Tradisional Tongkonan
Tongkonan rumah adat toraja adalah merupakan bangunan yang sangat besar artinya karena peranannya yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat toraja tongkonan dalam fungsinya terbagi menjadi empat macam tingkatan yaitu: pertama: tongkonan layuk kedudukannya sebagai rumah tempat membuat peraturan adat istiadat. Kedua: tongonan pokamberan/pokaindoran, yaitu rumah adat tempat melaksanakan aturan pemerintahan adat dalam suatu masalah daerah. Ketiga tongkonan batu aqriri yaitu tongkonan yang tidak mempunyai peranan dan fungsi sebagai tempat persatuan dan pembinaan keluarga dari keturunan pertama tongkonan itu serta tempat pembinaan warisan, ke empat tongonan paqrapuan fingsinya sama dengan tongkonan batu aqriri tetapi tidak boleh diukir seperti tiga tongkonan di datas dan tidak memakai longa.

Sedangkan fungsi dan kegunaan penataan lantai bangunan tradisional adat toraja di bedakan atas empat
  1. Banua sang borong atau banua sang lanta adalah rumah untuk para pengabdi kepada penguasa adat pada zaman sekarang ini banyak didapati di kebun-kebun pada rumah ini hanya terdapat satu tiang untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
  2. Banua dang lantaq adalah bangunan yang tidak mempunyai peranan adat seperti tongonan batu aqriri yang terdir dari dua ruang yaitu sumbung sebagai tempat tidur dan Sali sebagai dapur.
  3. Banua tallung lantaq yaitu bangunan adat pemerintahan toraja yang mempunyai tiga ruang. Ruang itu adalah sumbung, Sali dan tangdoq yang berfungsi sebagai tempat upacara pengucapan syukur dan tempat istrahat tamu-tamu.
  4. Banua patang lantaq yaitu bangunan tongkonan tertua dari penguasa adat memegang fungsi adat tongkonan passioq aluq.
Untuk struktur arsitektur bangunan rumah adat ini di tentukan oleh adat toraja sendiri.

Book by: sureq, seni dan budaya

TerPopuler